Tik tik tik bunyi hujan di atas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok dahan dan ranting
Pohon dan kebun basah semua
Cobalah simak lirik lagu anak-anak terkenal ciptaan Ibu Sud tersebut. Sebuah gambaran kondisi kota Daeng (baca:Makassar) saat ini. Ya, bulan Desember ini hujan semakin sering mengguyur kota Makassar. Fenomena tersebut semakin terasa sejak seminggu terakhir. Hujan selalu saja menguyur Makassar setiap hari meski tak selalu deras. Jika tak hujan, yang nampak di langit hanyalah awan mendung yang menghalangi cahaya matahari.
Seringnya hujan mengguyur Makassar tersebut berkaitan dengan fenomena musim hujan yang dialami oleh Indonesia. Musim hujan tersebut terjadi dalam periode Oktober-Maret. Menggantikan musim kemarau pada periode April-Oktober. Dua musim inilah yang silih berganti dialami oleh Indonesia sebagai negara yang terletak di sekitar khatulistiwa. Meski terdapat musim pancaroba (peralihan) di antara keduanya.
Nah, berbicara mengenai hujan, tahu tidak apa sebenarnya hujan itu. Apakah hanya tetesan air yang begitu saja turun dari langit? Mungkin pertanyaan tersebut pernah terbersit dalam benak kita.
Proses terjadinya hujan adalah sebuah kondisi yang melibatkan dua tempat, yaitu bumi dan antariksa, dalam hal ini adalah atmosfer. Permukaan bumi kita dua per tiganya tertutupi oleh air. Awalnya air hujan berasal dari air dari permukaan bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air sawah dan lain sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air.
Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap/menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju atmosfer bersama uap-uap air yang lain. Di atmosfer, uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin, awan-awan tersebut dapat bergerak baik secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
Gerakan angin vertikal ke atas menyebabkan awan bergumpal. Gerakan angin tersebut menyebabkan gumpalan awan semakin membesar dan saling bertindih-tindih. Akhirnya gumpalan awan berhasil mencapai atmosfir yang bersuhu lebih dingin. Di sinilah butiran-butiran air dan es mulai terbentuk. Lama-kelamaan angin tidak dapat lagi menopang beratnya awan dan akhirnya awan yang sudah berisi air ini mengalami presipitasi atau proses jatuhnya hujan air, hujan es dan sebagainya ke bumi.
Nah, begitulah proses terjadinya hujan. Hujan tersebut akan jatuh ke laut, sungai, sawah, kolam dan lain sebagainya. Nantinya air yang tersebut akan menguap lagi dan mengikuti siklus sehingga kembali membentuk hujan.
0 komentar:
Posting Komentar